Ilmu
Pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan
sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah
lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu
psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya
dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan
dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok
menjadi perawat.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan :
·
Ilmu Alam
Ilmu alam adalah istilah yang
digunakan yang merujuk pada rumpun ilmudimana obyeknya adalah
benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun
dimana pun.
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang
arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan
bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint”
(Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang
ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik
yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk
kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik &
nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk
landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu
sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan
tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang
digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk
mengenali “ilmu” sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda
dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA).
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat
obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di samping penggunaan
secara tradisional di atas, saat ini istilah “ilmu alam” kadang digunakan
mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini,
“ilmu alam” dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses
biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum
fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).
KARAKTERISTIK ILMU
A. Menurut Randall dan Buchker (1942)
mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
A. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan
merupakan milik bersama.
B. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak
dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
C. Ilmu bersifat obyektif, artinya
prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan,
tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.
1. Menurut Ernest van den Haag
(Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
2. Bersifat rasional, karena hasil dari
proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
3. Bersifat empiris, karena ilmu
diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera.
4. Bersifat umum, hasil ilmu dapat
dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
5. Bersifat akumulatif, hasil ilmu
dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ILMU DENGAN FILSAFAT
§
Perbedaan
§
Persamaan
A. Ilmu bersifat analisis dan hanya
menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya. filsafat bersifat
pengetahuan sinopsis artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan, karena keseluruhan memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada
bagian – bagiannya.
B. Ilmu bersifat deskritif tentang
objeknya agar dapat menemukan fakta – fakta, netral dalam arti tidak memihak
pada etnik tertentu. Filsafat tidak hanya menggambarkan sesuatu, melainkan
membantu manusia untuk mengambil putusan – putusan tentang tujuan, nilai
–nilai, dari tentang apa –apa yang harus diperbuat manusia. Filfat tidak
netral, karena faktor – faktor subjektif memegang peranan yang penting dalam
berfilsafat.
C. Ilmu mengawali kerjanya dengan
bertolak dari suatu asumsi yang tidak perlu diuji, sudah diakui dan diyakini
kebenarannya. Filsafat bisa merenungkan kembali asumsi –asumsi yang telah ada
untuk dikaji ulang tentang kebenaran asumsi.
D. Ilmu menggunakan eksperimentasi
terkontrol sebagai metode yang khas. Verifikasi terhadap teori dilakukan dengan
jalan menguji dalam praktik berdasarkan metode –metode ilmu yang empiris.
Selain menghasilkan suatu konsep atau teori, filsafat juga menggunakan hasil –
hasil ilmu, dilakukan dengan menggunakan akal pikiran yang didasarkan pada
semua pengalaman insani,sehingga dengan demikian filsafat dapat menelaah yang
tidak dicarikan penyelesaianya oleh ilmu
1. Filsafat dan ilmu, keduanya
menggunakan metode berpikir reflektif ( refflectife thinking ) dalam menghadapi
fakta-fakta dunia dan hidup.
2. Filsafat dan ilmu, keduanya tertarik
terhadap pengetahuan yang terorganisasi dan tersusun secara sistematis.
3. Ilmu membantu filsafat dalam
mengembangkan sejumlah bahan- bahan deskriktif dan faktual serta esensial bagi
pemikiran filsafat.
4. Ilmu mengoreksi filsafat dengan
jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan
ilmiah
5. Filsafat merangkum pengetahuan yang
terpotong-potong, yang menjadikan beraneka macam ilmu dan yang berbeda serta menyusun
bahan-bahan tersebut kedalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia dan
menyeluruh dan terpadu.
HUBUNGAN ILMU DENGAN FILSAFAT
Dasar
manusia mencari dan menggali ilmu pengetahuan bersumber kepada tiga pertanyaan.
Sementara filsafat ,memepelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil
pengkajianya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Untuk mengingatkan ketiga
pertanyaan itu adalah:
A. Apa yang ingin kita ketahui?
B. Bagaimana cara kita memeperoleh
pengetahuan?; dan
C. Apakah nilai (manfaat)
pengetahua tersebut bagi kita?
Pertanyaan pertama di atas merupakan
dasar pembahasan dalam filsafat dan biasa disebut dengan ONTOLOGI , pertanyaan
kedua juga merupakan dasar lain dari filsafat, disebut dengan EPISTEMOLOGI dan
pertanyaan terakhir merupakan landasan lain dari filsafat yang disebut dengan
AXIOLOGI. Ketiga hal di atas merupakan landasan bagi filsafat dalam membedah
setiap jawaban dan seterusnya membawa kepada hakekat buah pemikiran tersebut.
Hal ini juga berlaku untuk ilmu pengetahuan, kita mempelajari ilmu ditinjau
dari titik tolak yang sama untuk mendapatkan gambaran yang sedalam-dalamnya.
ASPEK PENINJAUAN ILMU
ONTOLOGIS
(MASALAH APA)
§
Apakah yang
ingin kita ketahui? Atau apakah yang menjadi bidang telaah suatu ilmu ?
JENIS – JENIS ILMU
Menurut
Aristoteles ilmu diklarifikasikan berdasarkan tujuan dan objeknya. Berdasarkan
tujuan ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu :
1. Ilmu – ilmu teoritis yang
penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang kenyataan.
2. Ilmu – ilmu praktis atau produktif
yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada
pengetahuan.
ASPEK PENINJAUAN ILMU
A. ONTOLOGIS (MASALAH APA)
B. Apakah yang ingin kita ketahui? Atau
apakah yang menjadi bidang telaah suatu ilmu ?
C. Untuk memperoleh kebenaran, perlu
dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau
mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb. :
i.
Rationalism;
Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran
ii.
Empirism;
alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan pengalaman indera sebagai
pemegang peranan utama
iii.
Logical
Positivism; Menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar
iv.
Pragmatism;
Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya
untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis.
Ilmu
pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis , tersusun sebagai teori-teori yang
saling mengeritik, mendukung dan bertumpu untuk mendekati kebenaran
Teori
A. Teori merupakan pengetahuan ilmiah
mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu,
dan dianggap benar
B. Teori biasanya terdiri dari
hukum-hukum, yaitu : pernyataan ( statement ) yang menjelaskan hubungan kausal
antara dua variabel atau lebih
C. Teori memerlukan tingkat keumuman
yang tinggi, yaitu bersifat universal supaya lebih berfungsi sebagai teori
ilmiah
D. Tiga syarat utama teori ilmiah :
i.
Harus
konsisten dengan teori sebelumnya
ii.
Harus cocok
dengan fakta-fakta empiris
iii.
Dapat
mengganti teori lama yang tidak cocok dengan pengujian empiris dan fakta
Beberapa istilah yang biasa digunakan dalam komunikasi
ilmu pengetahuan :
i.
Axioma
ii.
pernyataan
yang diterima tanpa pembuktian karena telah terlihat kebenarannya
iii.
Postulat
iv.
suatu
pernyataan yang diterima “benar” semata-mata untuk keperluan berkomunikasi
v.
Presumsi
vi.
suatu
pernyataan yang disokong oleh bukti atau percobaan-percobaan, meskipun tidak
konklusif dianggap sebagai benar walaupun kemungkinannya tinggi bahwa
pernyataan itu benar
vii.
Asumsi
viii.
suatu
pernyataan yang tidak terlihat kebenarannya maupun kemungkinan benar tidak
tinggi
Filsafat Ilmu Pengetahuan selalu memperhatikan :
dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan.
A. Dinamis : dengan
aktivitas/perkembangan pengetahuan sistematik dan rasional yang benar sesuai
fakta
B. dengan prediksi dan hasil
C. ada aplikasi ilmu dan teknologi,
dinamika perkembangan karena ilmu pengetahuan bersimbiose dengan teknologi
D. Metode Ilmiah : dengan berbagai
ukuran riset yang disesuaikan.
E. Ciri Ilmu : perlu memperhatikan dua
aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu
Sistematik Ilmiah, benar (pembuktian
dengan metode ilmiah Salah satu Klasifikasi Ilmu : Sifat ilmu Konsisten (antara
teori satu dengan yang lain tak bertentangan) Eksplisit (disepakati dapat
secara universal, bukan hanya dikalangan kecil) Ilmu Pengetahuan Ilmu Alam
(Natural Wissenschaft) Ilmu Alam / Eksakta Ilmu Moral Ilmu Sosial Ilmu
Humaniora
ASPEK AKSIOLOGI Tujuan dasarnya :
menemukan kebenaran atas fakta “yang ada” atau sedapat mungkin ada kepastian
kebenaran ilmiah Contohnya : Pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan bahwa kadar air
tanah mempengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan
pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata
terbukti bahwa teori tersebut benar.
KATA DASAR
& TURUNAN
kata dasar (akar kata) = kata yang paling
sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk
asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini
tidak dibahas di sini.
afiks (imbuhan) = satuan terikat
(seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan
mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan
harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk
prefiks, sufiks dan konfiks.
prefiks (awalan) = afiks (imbuhan)
yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.
sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang
melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.
konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan
(bersamaan), satu afiks melekat di depan kata
dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung
satu fungsi.
kata
turunan (kata jadian) = kata
baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.
keluarga
kata dasar =
kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki
afiks yang berbeda.
SEJARAH ILMU PENGETAHUAN
Kebudayaan manusia
ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi secara cepat yang
merupakan akibat peran serta pengaruh dari pemikiran filsafat Barat. Pada awal
perkembangannya, yakni zaman Yunani Kuno, filsafat diidentikkan dengan ilmu
pengetahuan. Maksudnya adalah antara pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan
tidak dipisah, sehingga semua pemikiran manusia yang muncul pada zaman itu
disebut filsafat. Pada abad Pertengahan, filsafat menjadi identik dengan agama,
sehingga pemikiran filsafat pada zaman itu menjadi satu dengan dogma gereja.
Pada abad ke-15 muncullah Renaissans kemudian disusul oleh Aufklaerung pada
abad ke-18 yang membawa perubahan pandangan terhadap filsafat. Pada masa ini
filsafat memisahkan diri dari agama, sehingga membuat orang berani mengeluarkan
pendapat mereka tanpa takut akan dikenai hukuman oleh pihak gereja. Filsafat zaman
modern tetap sekuler seperti zaman Renaissans, yang membedakan adalah pada
zaman ini ilmu pengetahuan berpisah dari filsafat dan mulai berkembang menjadi
beberapa cabang yang terjadi dengan cepat. Bahkan pada abad ke-20, ilmu
pengetahuan, mulai berkembang menjadi berbagai spesialisasi dan
sub-spesialisasi.
Ilmu pengetahuan pada
awalnya merupakan sebuah sistem yang dikembangkan untuk mengetahui keadaan
lingkungan disekitanya. Selain itu, ilmu pengetahuan juga diciptakan untuk
dapat membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah. Pada abad ke-20 dan
menjelang abad ke-21, ilmu telah menjadi sesuatu yang substantif yang menguasai
kehidupan manusia. Namun, tak hanya itu, ilmu pengetahuan yang sudah berkembang
sedemikian pesat juga telah menimbulkan berbagai krisis kemanusiaan dalam
kehidupan. Hal ini didorong oleh kecenderungan pemecahan masalah kemanusiaan
yang lebih banyak bersifsat sektoral. Salah satu upaya untuk menyelesaikan
masalah-masalah kemanusiaan yang semakin kompleks tersebut ialah dengan
mempelajari perkembangan pemikiran filsafat.
Perkembangan filsafat
Barat dibagi menjadi beberapa periodesasi yang didasarkan atas ciri yang
dominan pada zaman tersebut. Periode-periode tersebut adalah :
1. Zaman Yunani Kuno
(Abad 6SM-6M)
Ciri pemikirannya
adalah kosmosentris, yakni mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya
sebagai salah satu upaya untuk menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur
awal terjadinya gejala. Dan beberapa tokoh filosof pada zaman ini menyatakan
pendapatnya tentang arche, antara lain :
Thales (640- 550
SM) : arche berupa air
Anaximander (611-545
SM) :
arche berupa apeiron (sesuatu yang tidak terbatas)
Anaximenes (588-524
SM) :
arche berupa udara
Phytagoras (580-500
SM) : arche dapat diterangkan atas dasar
bilangan-bilangan.
Selain keempat tokoh di
atas ada dua filosof, yakni Herakleitos (540-475 SM) dan Parmindes (540-475 SM)
yang mempertanyakan apakah realitas itu berubah, bukan menjadi sesuatu yang
tetap. Pemikir Yunani lain yang merupakan salah satu yang berperan penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah Demokritos (460-370 SM) yang
menegaskan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang disebut dengan atom
(atomos, dari a-tidak, dan tomos-terbagi). Selain itu, filosof yang sering dibicarakan
adalah Socrates (470-399 SM) yang langsung menggunakan metode filsafat langsung
dalam kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan dialektika (dialegesthai) yang
artinya bercakap-cakap. Hal ini pula
yang diteruskan oleh Plato (428-348 SM). Dan pemikiran filsafat masa ini
mencapai puncaknya pada seorang Aristoteles (384-322 SM) yang mengatakan bahwa
tugas utama ilmu pengetahuan adalah mencari penyebab-penyebab obyek yang
diselidiki. Ia pun berpendapat bahwa tiap kejadian harus mempunyai empat sebab,
antara lain penyebab material, penyebab formal, penyebab efisien dan penyebab
final.
2. Zaman Pertengahan
(6-16M)
Ciri pemikiran pada
zaman ini ialah teosentris yang menggunakan pemikiran filsafat untuk memperkuat
dogma agama Kristiani. Pada zaman ini pemikiran Eropa terkendala oleh keharusan
kesesuaian dengan ajaran agama. Filsafat Agustinus (354-430) yang dipengaruhi
oleh pemikiran Plato, merupakan sebuah pemikiran filsafat yang membahas
mengenai keadaan ikut ambil bagian, yakni suatu pemikiran bahwa pengetahuan
tentang ciptaan merupakan keadaan yang menjadi bagian dari idea-idea Tuhan.
Sedangkan Thomas Aquinas (1125-1274) yang mengikuti pemikiran filsafat
Aristoteles, menganut teori penciptaan dimana Tuhan menghasilkan ciptaan dari
ketiadaan. Selain itu, mencipta juga berarti terus menerus menghasilkan serta
memelihara ciptaan.
3. Zaman Renaissans
(14-16M)
Merupakan suatu zaman
yang menaruh perhatian dalam bidang seni, filsafat, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Zaman ini juga dikenal dengan era kembalinya kebebasan manusia dalam
berpikir. Tokoh filosof zaman ini diantaranya adalah Nicolaus Copernicus
(1473-1543) yang mengemukakan teori heliosentrisme, yang mana matahari
merupakan pusat jagad raya. Dan Francis Bacon (1561-1626) yang menjadi perintis
filsafat ilmu pengetahuan dengan ungkapannya yang terkenal “knowledge is power”
4. Zaman Modern
(17-19M)
Filsafat zaman ini
bercorak antroposentris, yang menjadikan manusia sebagai pusat perhatian
penyelidikan filsafati. Selain itu, yang menjadi topik utama ialah persoalan
epistemologi.
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat
bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya.
Pengalaman hanya dipakai untuk menguatkan kebenaran pengetahuan yang telah
diperoleh melalui akal. Salah satu tokohnya adalah Rene Descartes (1598-1650)
yang juga merupakan pendiri filsafat modern yang dikenal dengan pernyataannya
Cogito Ergo Sum (aku berpikir, maka aku ada). Metode yang digunakan Descrates
disebut dengan a priori yang secara harfiah berarti berdasarkan atas adanya
hal-hal yang mendahului. Maksudnya adalah dengan menggunakan metode ini manusia
seakan-akan sudah mengetahui dengan pasti segala gejala yang terjadi.
b. Empirisisme
Menyatakan bahwa sumber
ilmu pengetahuan adalah pengalaman, baik lahir maupun batin. Akal hanya
berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah data yang diperoleh dari
pengalaman. Metode yang digunakan adalah a posteriori atau metode yang
berdasarkan atas hal-hal yang terjadi pada kemudian. Dipelopori oleh Francis
Bacon yang memperkenalkan metode eksperimen.
c. Kritisisme
Sebuah teori
pengetahuan yang berupaya untuk menyatukan dua pandangan yang berbeda antara
Rasionalisme dan Empirisme yang dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Ia
berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh dari adanya
kerjasama antara dua komponen, yakni yang bersifat pengalaman inderawi dan cara
mengolah kesan yang nantinya akan menimbulkan hubungan antara sebab dan akibat.
d. Idealisme
Berawal dari penyatuan
dua Idealisme yang berbeda antara Idealisme Subyektif (Fitche) dan Idealisme
Obyektif (Scelling) oleh Hegel (1770-1931) menjadi filsafat idealisme yang
mutlak. Hegel berpendapat bahwa pikiran merupakan esensi dari alam dan alam
ialah keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Asas idealisme adalah keyakinan
terhadap arti dan pemikiran dalam struktur dunia yang merupakan intuisi dasar.
e. Positivisme
Didirikan oleh Auguste
Comte (1798-1857) yang hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif
ilmiah. Semboyannya yang sangat dikenal adalah savoir pour prevoir, yang
artinya mengetahui supaya siap untuk bertindak. Maksudnya ialah manusia harus
mengetahui gejala-gejala dan hubungan-hubungan antar gejala sehingga ia dapat
meramalkan apa yang akan terjadi. Filsafat ini juga dikenal dengan faham empirisisme-kritis,
pengamatan dengan teori berjalan beriringan. Ia membagi masyarakat menjadi atas
statika sosial dan dinamika sosial.
f. Marxisme
Pendirinya ialah Karl
Marx (1818-1883) yang aliran filsafatnya merupakan perpaduan antara metode
dialektika Hegel dan materialisme Feuerbach. Marx mengajarkan bahwa sejarah
dijalankan oleh suatu logika tersendiri, dan motor sejarah terdiri hukum-hukum
sosial ekonomis. Baginya filsafat bukan hanya tentang pengetahuan dan kehendak,
melainkan tindakan, yakni melakukan sebuah perubahan, tidak hanya sekedar
menafsirkan dunia. Yang perlu diubah adalah kaum protelar harus bisa mengambil
alih peranan kaum borjuis dan kapitalis melalui revolusi, agar masyarakat tidak
lagi tertindas.
5. Zaman Kontemporer
(Abad ke-20 dan seterusnya)
Pokok pemikirannya
dikenal dengan istilah logosentris, yakni teks menjadi tema sentral diskursus
para filosof. Hal ini dikarenakan ungkapan-ungkapan filsafat cenderung
membingungkan dan sulit untuk dimengerti. Padahal tugas filsafat bukanlah hanya
sekedar membuat pernyataan tentang suatu hal, namun juga memecahkan masalah
yang timbul akibat ketidakpahaman terhadap bahasa logika, dan memberikan
penjelasan yang logis atas pemikiran-pemikiran yang diungkapkan.
Pada zaman ini muncul
berbagai aliran filsafat dan kebanyakan dari aliran-aliran tersebut merupakan
kelanjutan dari aliran-aliran filsafat yang pernah berkembang pada zaman
sebelumnya, seperti Neo-Thomisme, Neo-Marxisme, Neo-Positivisme dan sebagainya.
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=klasifikasi+ilmu+pengetahuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar